“punya pacar?”, “punya mantan berapa?”, “koleksi loe uda berapa?” ato mungkin “uda ngapain aja sama si ayank?”…..Betul ngak….?
Hyuuuh..hyuuhh…kita orang Indonesia yang dikenal sebagai bangsa Timur yaitu bangsa yang menjunjung tinngaki nilai-nilai malah lebih sering terlihat/ mencerminkan seperti bangsa barat yang menganut paham liberalism (kebebasan). Apa pasal? Bagi remaja, hidup di zaman millennium ini tuntutan gaul gak bisa terelakkan. Akan dibilang aneh bin cupu, bahkan abnormal kalo gag gaul. Bahkan menjadi anak gaul kayaknya menjadi impian setiap remaja. Menyandang label anak gaul bisa bikin pede abis…ke sekolah serasa jadi bintang, ke mal serasa jadi pusat perhatian, jalan-jalan serasa jadi jadi raja jalanan. Apa iya gaul yang seperti itu suatu keharusan..?
Kalo kita gag tau gossip terkini, dicap gag up to date. Kalo kita gag pake baju super mini dan ketat, dibilang norak. Kalo alis masih orisinil dan rambut gag dicat, berarti kita gag ngikutin tren. Kalo gag nenteng HP keluaran terbaru dibilang cupu atau bahkan GA GANDENG COWO/CEWE (truck gandeng kali yaaa) dibilang cupu bin kuper. Kalo belum pernah makan burger atau pizza dicap kuno. Entar lama-kelamaan, kalo kita seumur hidup ngak pernah ngejabanin kafe, diskotik dianngakap manusia purba kali yaaa. hehehe
alhasil, gara-gara pengen dapet anak gaul, anak SD yang mau lulus malu kalo belum ngerokok. Yang SMP juga berlomba ngumpulin koleksi artis idolanya. Si putih abu-abu juga tengsin kalo masih nyandang predikat JOMBLO, akhirnya pake serbu satu jurus buat menarik perhatian lawan jenis. Yang uda jadi mahasiswa? Lebih-lebih... Malu kalo ngak tau ngerasain yang nama kissing atau making love. Sebaliknya, malah merasa banngaka dan gaul kalo uda “macem-macem” sama pasangan ilegalnya itu
Apa seperti itu gaul yang sehat? Apa Islam gag punya tuntunan dalam bergaul? Jawaban ADA, termasuk menyikapi rasa cinta. Rasa cinta itu memiliki makna yang luas, ngak cuma mencakup cinta sesama lawan jenis saja. Cinta terhadap diri sendiri (bukan egois), cinta terhadap orang tua, cinta terhadap sesama dan CINTA yang PALING HAKIKI adalah Cinta pada Dzat Yang Maha Kekal, Allah Subhana wa Ta’ala.
Inilah cintanya orang musyrik. Barangsiapa mencintai sesuatu sebagaimana ia mencintai Allah, yang ia lakukan bukan karena allah dan bukan karena mencari ridha-Nya, sesunngakuhnya ia telah menjadikan sesuatu sebagai tandingan Allah. Dan inilah kecintaan yang dilakukan oleh orang-orang yang musyrik dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al-Baqarah ayat 165)
Mereka mencintai selain Allah sama atau bahkan melebihi cinta mereka pada Allah. Kehidupan dunia lebih dicintai daripada kehidupan akhirat. Mereka tertipu dan berada dalam kerugian.
Allah berfirman: “Yang demikian itu disebabkan karena sesunngakuhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat dan bahwasannnya Allah tiada member petunjuk kepada kaum yang kafir.” (An Nahl ayat 107)
Lantas bagaimana dengan cinta terhadap lawan jenis? Apakah Islam melarangnya? Apa Islam punya solusi bagaimana mengatasi persoalan cinta? Jawabannya : Iya, Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan. Sejatinya, kita sebagai muslim menjadikan Islam as our way life… kenapa? karena semua sudah tertera dalam Al-Qur’an yaitu Firman Allah
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhoi Islam sebagai agamamu” (Al-Maidah ayat 3)
Lantas bagaimana Islam mengatur soal cinta? Ada Firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 14 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Ada pula Firman Allah yang lain yaitu : “Sesunngakuhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (Maryam ayat 96)
Jadi, cinta itu adalah fitrah. Jagalah ia jangan sampah jadi FITNAH. Jangan mentang-mentang cinta itu fitrah, kita jadikan alasan untuk bebas mencintai dan mengemas hubungan dengan pacaran. Bukan dengan alasan itu kemudian berdalih apa yang kita lakukan dalam pacaran adalah sebagai wujud dari sifat fitrah yang kita miliki. Pacaran diidentikan dengan bunga mawar, warna merah jambu, seabrek kado, perayaan hari jadian, jalan-jalan, SMS atau teleponan tiap hari, mojok dua-dua-duaan, perayaan valentine. Ooppss…masa kita sebagai Muslim udah pacaran bahkan ikut-ikutan budaya valentine..?
Katanya sih pacaran itu langkah awal mencari seseorang teman dekat dalam menuju proses pendewasaan kepribadian. Masa sih? Kepribadian yang dewasa ngak ada hubungannya dengan pacaran. Orang yang pengalaman pacaran banyak ngak menjamin memiliki kepribadian dewasa malah sebaliknya, ngak sedikit gara-gara pacaran, kepribadian seseorang itu rapuh. Misalnya begitu diputusin pacar, ngak sedikit yang lebih memilih bunuh diri? Apa itu orang yang memiliki kepribadian dewasa?
Ada pula yang menyebutkan untuk saling mengenal satu sama lain dan belajar untuk saling menyempurnakan, saling mngerti, saling berusaha menjadi yg terbaik bagi pasangan, saling menasehati, saling melayani, saling membantu, saling bertumbuh keimanan pada Dia yang telah menciptakan pasangan yaitu Allah. Tentu kita akan terheran, sebelah mana pacaran dapat menumbuh keimanan? Apa dengan berdua-dua, berpegang tangan dan bhkan berhubungan intim? Naudzubillahi mindzalik. Saling melayani? Melayani dlm hal apa? Subhanallah rentetan dosa telah terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar