Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan pig iron adalah : Bijih besi, Cokes ( batu arang ) dan batu kapur. Batu arang dibakar sebagai bahan bakar untuk memanaskan furnace ( dapur ). Setelah terbakar, batu arang menghasilkan karbon mono Oksida ( CO ) dan bereaksi dengan Oksida besi dalam bijih besi dan mereduksinya menjadi logam besi ( lihat persamaan reaksi di bawah ini ) :
Fe2O3 + 3CO = 3CO2
+ 2Fe
Batu
kapur dalam ruang dapur digunakan sebagai unsur tambahan pada carbon mono
Oksida serta sebagai flux ( unsure
penambah ) dan bereaksi dengan unsur ikutan silica yang ada dalam bijih
besi, untuk membentuk Calsium silikat .
Tanpa
batu kapur, silikat besi akan dibentuk dengan hasil sebagian logam besi yang
hilang. Calcium silikat ditambah unsur ikutan yang lain membentuk slag dan mengapung pada bagian atas logam cair
pada bagian dasar dapur..
Pig
iron biasa, seperti yang dihasilkan oleh blast furnace, mengandung besi sekitar
92 %, Carbon , 3-4 %, Silikon 0,5 – 3 %, Mangan
0,25 – 2,5 %, Phospor 0,04 – 2 %, dan tidak ada kandungan Sulfur.
Ciri fisik blast furnace terdiri dari baja silindris
berdinding lurus dengan refractori yang merupakan bahan non metallic seperti
halnya batu tahan api. Dinding berbentuk tirus pada bagian atas dan bawah (
lihat gambar 2.3 ), serta melebar pada pada sekitar seperempat dari bagian bawah.
Bagian
kecil dari furnace disebut bosh ,
yaitu perangkat dengan beberapa pipa terbuka ( tuyeres ) yang mana udara
dihembuskan dengan kuat. Dekat dengan bagian bawah bosh, adalah lubang laluan
untuk mengalirkan besi cair ketika dapur ditap ( dikuras ). Diatas lubang
tetapi di bawah tuyeres, adalah lubang yang lain untuk mengalirkan slag.
Bagian
atas furnace, yaitu ketinggian sekitar 27 m ( sekitar 90 ft ), terdiri dari
ventilasi untuk membuang gas, dan sepasang hopper berbentuk bulat , dekat dengan katup bentuk bell yang mana pengisi
dimasukkan ke dalam furnace. Material dibawa menuju hopper dengan dump truck
kecil atau skip, yaitu dinaikkan dengan kerekan .
Blast
furnaces dioperasikan secara kontinyu. Bahan baku dimasukkan ke dalam furnace dan dibagi
kedalam beberapa bagian setiap interval 10 – 15 min. Slag turun dari bagian
atas cairan setiap 2 jam sekali, dan besi cair dengan sendirinya turun atau
dikuras 5 kali dalam sehari.
Udara digunakan untuk mensuplai hembusan dalam blast
furnace, yaitu dopanaskan sampai temperature antara 540 0 dan 870 0
C ( sekitar 1.000 – 1,600 0 F ). Pemanasan dilakukan dalam
stove, yaitu silinder yang tersusun atas jaringan batu tahan api. Batu tahan
api dalam stove dipanaskan selama beberapa jam dengan pembakaran gas blast
furnace, sisa gas dari bagian atas furnace. Berat udara yang digunakan dalam
pengoperasian ini melebihim total berat bahan baku yang lain yang digunakan.
Perkembangan
penting dalam teknologi blast furnace, adalah memberi tekanan pada furnace , yang dikenalkan
setelah perang dunia II . Dengan katup penutup aliran gas dari ventilasi dapur,
tekanan dalam dapur mencapai 1,7 atm atau lebih. Teknik Pemberian tekanan ini
memungkinkan proses pembakaran kokas lebih baik dan produk pig iron lebih
banyak. Output beberapa blast furnace dapat dinaikkan 25 % dengan pemberian
tekanan. Pengujian instalasi juga menunjukkan
output blast furnace dapat dinaikkan melalui penambahan udara dengan
oksigen.
Proses pengurasan terdiri dari perangkat lepas plug tanah
liat dari lubang aliran besi dekat bagian bawah bosh dan memungkinkan logam
cair mengalir kedalam saluran kemudian kedalam penampung yang terbuat dari batu
berlapis logam, yang mana rail ladle mampu membawa sebanyak 100 ton logam.
Adapun
slag mengalir dari furnace dengan logam yang telah diskim sebelum mencapai
container ( penampung ). Kontainer besi cair kemudian dipindahkan ke bagian
steelmaking.
Pada era modern, blast furnace dioperasikan dimana ada
penghubung dengan Dapur Oxygen ( Oxygen Furnace ) dan kadang – kadang dapur
open hearth yang lebih tua sebagai bagian
pada pabrik produksi baja. Pada
pabrik seperti ini peleburan pig iron, digunakan untuk mengisi dapur pembuatan
baja. Logama cair dari beberapa blast furnace, dicampur dalam ladle besar
sebelum dirubah menjadi baja, dengan tujuan untuk meminimalkan keberagaman
komposisi dari masing – masing logam cair.
0 komentar:
Posting Komentar